Siapa dalang dari G30S/PKI

09:52

Dugaan bahwa Soeharto adalah dalang G30S/PKI sebenarnya baru mencuat pasca lengsernya Soeharto dari singgasana kekuasaannya. Karena semua orang tahu kalau pada saat Soeharto masih berkuasa, jangankan menduga-duga, omong-omong soal PKI saja orang takut.
Pertanyaannya, kenapa hingga hari ini orang masih menduga, bahkan yang menuduh bahwa Soeharto adalah dalang peristiwa jahanam itu? Lalu, apakah Soeharto merupakan dalang G30S/PKI?  
Pertanyaan tersebut masih tersimpan juga dalam kegelapan sejarah. Dugaan atau tuduhan kepada Soeharto masih juga tak terjawab, sebagaimana halnya dugaan terhadap Soekarno sebagai otak di balik G30S/PKI.
Tuduhan yang paling empuk, iya Letkol Untung yang kini sudah jadi tanah dalam sejarah Republik ini. Dan anak-anak DN Aidit Untung hingga kini masih kena stigma yang memilukan itu. Bahkan, anak-anak Pak Harto juga belum benar-benar merasa nyaman dengan tragedi. Mau bagaimana lagi, karena semua sudah menjadi sejarah yang sulit dilupakan.
Paparan di bawah ini lebih merupakan cerita versi Pak Harto yang dikisahkan dan dikutip berbagai media yang kini berseliweran di mana-mana. Sebagai warna-warni demokrasi, semua seperti bebas menduga, dan bebas menulis, apa saja yang diinginkannya. 
Paparan di bawah ini lebih pada penyaringan atau disarikan dari ochasaja.blogspot, sebagamana sebagiannya sudah dipaparkan sebelumnya dengan judul, Kenapa Soeharto Diduga sebagai Dalang G30S/PKI.
Soeharto menuturkan, bahwa, pada malam tanggal 30 September pukul 21.00 Soeharto beserta Ibu Tien sedang berada di Rumah Sakit Gatot Subroto untuk menengok anak bungsunya, Tomy Soeharto yang tersiram air panas. Kira-kira pukul 22.00 Soeharto sempat menyaksikan Kolonel Latief berjalan di depan zaal dimana Tomy dirawat. 
Pada pukul 00.15 Soeharto meninggalkan rumah sakit. Kira-kira pukul setengah lima pagi tanggal 1 Oktober, ia kedatangan seorang kameraman TVRI bernama Hamid. Hamid memberi tahu bahwa ia mendengar suara tembakan di beberapa tempat. Tetangga nya juga mengabarkan mendengar suara tembakan bertubi-tubi. 
Kemudian datang Broto Kusmardjo dan melaporkan kabar yang ia akui cukup mengagetkan yaitu mengenai penculikan beberapa Pati Angkatan Darat. Pukul enam pagi Letkol Sadjiman datang atas perintah Umar Wirahadikusumah. Ia melaporkan bahwa di sekitar Monas dan Istana banyak pasukan yang tidaj dikenalnya. 
Soeharto pun langsung bertolak menuju Markas Kostrad. Saat ia melewati Monas, ia mengaku melihat sendiri prajurit-prajurit yang berjaga di sekitar Monas. Di gedung Kostrad ia mendapat Laporan bahwa Bung Karno tidak jadi ke istana, tetapi langsung menuju Halim. 
Hal ini dapat kita lihat pada ulasan sebelumnya di Netralnews tentang apa yang dilakukan Soekarno di malam G30S/PKI, sesuai dengan penuturan Soeparto, pengawal sekaligus sopir pribadi Soekarno.
Pukul 07.00, Soeharto mendengarkan siaran RRI yang menyiarkan Gerakan 30 September yang dipimpin oleh Letkol Untung. Pada saat itu ia mengaku kaget dan lansung teringat bahwa Letkol Untung adalah orang yang dekat dan sering melakukan rapat dengan PKI. Bahkan menurutnya Letkol Untung pernah menjadi didikan tokoh PKI, Alimin.
Pada saat itu Soeharto langsung mengambil tindakan pertama yaitu menyelamatkan batalyon yang dilibatkan dalam petualangan oleh Letkol Untung. Pada saat itu Letkol Alo Murtopo dan Brigjen Sabirin Mochtar melapor pada Soeharto bahwa Danyon 454 dan Danyon 530 tidak ada di tempat.
 Kemudian ia memerintahkan Letkol Ali Murtopo dan Brigjen Sabirin untuk menyuruh Wadanyon 454 dan 530 menghadap padanya. Setelah Wadanyon-wadanyon tersebut datang, Soeharto menanyai apa tugas mereka. Nyaris serempak mereka menjawab mereka bertugas mengamankan presiden karena akan ada kup dari Dewan Jenderal. 
Soeharto sedikit kaget mendengar kata ’kup Dewan Jenderal’. Kemudian ia memberikan keterangan pada Letkol Ali Murtopo dan Brigjen Sabirin bahwa pada saat itu Presiden Soekarno tidak berada di istana. Selain itu ia menegaskan bahwa tidak ada Dewan Jenderal. Yang ada adalah Wanjakti dan tidak mungkin ada rencana kup karena ia sendiri adalah anggota Wanjakti.
 Ia yakin gerakan Letkol Untung didalangi oleh PKI. Ia menganggap hal ini sebagai sebuah pemberontakan. Maka ia memutuskan untuk menghadapinya. Kemudian ia memerintahkan kedua Wadanyon untuk menyampaikan sarannya kepada seluruh anggota kesatuan mereka serta kepada komandan batalyon mereka. Dengan demikian Soeharto telah melucuti kekuatan Untung secara halus.
Pukul 09.15 ia mengadakan rapat staff. Dalam rapat itu ia memberikan penjelasan mengenai situasi dan siaran RRI pukul tujuh pagi itu. Ia menegaskan bahwa ia mengenal benar Letkol  Aidit Untung. 
Ia menjelaskan pikirannya mengenai pernyataan Letkol Untung bahwa gerakannya seolah-olah hanya untuk menghadapi apa yang dikatakan Dewan Jenderal yang akan mengadakan kup sehingga mereka mendahului bertindak dengan menculik para pimpinan Angkatan Darat. 
Menurutnya hal ini bukan sekedar gerakan untuk menghadapi apa yang dinamakan Dewan Jenderal saja, melainkan lebih jauh untuk merebut kekuasaan negara secara paksa. Soeharto juga mengungkapkan pada para asistennya bahwa sebagai prajurit Sapta Marga seharusnya tidak hanya sekedar mencari keadilan tetapi juga seharusnya merasa terpanggil untuk menghadapi masalah ini karena yang terancam adalah negara dan Pancasila. 
Di akhir keterangannya ia memutuskan untuk melawannya. Ia berpendapat bahwa apabila tidak melawan ataupun menghadapinya, toh mereka akan mati konyol. Jadi akan lebih baik apabila mereka mati membela negara dan Pancasila.
Setelah Maghrib satuan RPKAD berangkat menyerang RRI dan TELKOM dipimpin Kapten RPKAD Heru dan Kapten Urip. Sementara Kolonel Sarwo Edhie menunggu di halaman Kostrad. Pasukan tersebut memasuki RRI dan gedung pusat TELKOM tanpa perlawanan. 
Menurut perkiraannya Anak buah Letkol Untung telah melarikan diri. Setengah jam kemudian Kolonel Sarwo Edhie menerima laporan radio bahwa RRI sepenuhnya telah dikuasai. Gedung TELKOM waktu itu dijaga oleh Pemuda Rakyat yang mengira bahwa pasukan yang datang adalah rekannya sesama pemberontak sehingga dengan mudah Pemuda Rakyat itu dapat dilucuti senjatanya.
Soeharto merasa cukup lega karena tidak sebutir peluru pun dilepaskan. Lalu Brigjen Ibnu Subroto dengan beberapa orang menuju RRI dengan membawa rekaman pidato Soeharto
Pidato tersebut berisi tentang penjelasan peristiwa G/30/S dan himbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada. Lewat pidato itu pula ia menjelaskan bahwa ia adalah Pimpinan Sementara Angkatan Darat. Pada pukul tujuh tepat siaran pidato tersebut dikumandangkan.

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold silahkan gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic silahkan gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline silahkan gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought silahkan gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML silahkan gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silahkan parse dulu kodenya pada kotak parser di bawah ini.
Konversi Code
Disqus
Silahkan Berkomentar Dengan