BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Datangnya agama Islam ke Nusantara yang di bawa oleh para saudagar dan disebarkan oleh
para ulama’ walisanga, ternyata tidak hanya menimbulkan perubahan pada
kehidupan keagamaan penduduk di kepulauan ini, dari beragama tradisional kepada
beragama Islam, tetapi juga menyebabkan timbulnya perubahan pelbagai pranata
kehidupan social politik. Sebelum datangnya Islam, Nusantara telah terdapat lembaga
pemerintahan yang pada umumnya dikuasai oleh raja-raja Hindu-Budha
Di
antara keistimewaan Agama Islam ialah tidak pernah memaksa seseorang
untuk masuk ke dalamnya dan Islam sendiri tidak mengenal dengan yang namanya
kasta seperti halnya dalam agama Hindu. Dalam berdakwah, paraMuballig itu menggunakan
jalur-jalur tradisi yang sudah dikenal oleh orang-orang Indonesia kuno. Yakni
dengan melekatkan nilai-nilai Islam pada praktek dan kebiasaan tradisi
setempat. Sehingga tampak bahwa ajaran Islam sangat luwes, mudah dan memenuhi
kebutuhan masyarakat Jawa.
Hal
ini menjadikan mudahnya Islam masuk ke Nusantara dan bahkan dengan mudahnya
islam dapat berkembang dengan cepatnya, mungkin akan berbeda lagi ceritanya
apabila Islam sendiri masuk ke Nusantara dengan jalan kekerasan. Penyebaran
Islam tetap berpegang pada pedoman bahwa Islam adalah "Rahmatan
LillAlamin" yaitu Rahmat bagi seluruh alam, (Bagaimana akan dikatakan
sebagai Rahmat bagi seluruh alam jika penyebarannya dilakukan melalui
paksaan???).
Dengan
adanya pola penyebaran yang sudah dijelaskan diatas, seperti halnya
faktor agama, ekonomi, politik dan masih ada juga faktor lainnya yang
menyebabkan Islam dengan mudah dapat diterima oleh
masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses penyebaran yang kultural ini, Islam
mampu berkembang dengan pesat dan bahkan, bagi masyarakat pesisir, Islam adalah
bagian dari kehidupan mereka yang tak terpisahkan. Inilah sebabnya, mengapa
masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang berkomitmen kuat terhadap
agama Islam. Coba saja kita lihat disisi jalan pantura, dengan banyaknya masjid
yang berdiri kokoh dipinggiran jalan adalah bukti dari faktor perdagangan dalam
menyampaikan agama islam di wilayah pesisir laut jawa. Dengan demikian,
sepertinya perkembangan wajah Islam di negeri ini sama sekali berbeda dengan
perkembangan Islam di wilayah-wilayah lain. Perbedaan ini menyangkut
karakteristik dan ciri
khas wajah
Islam Indonesia yang tidak dijumpai pada wajah Islam manapun, termasuk di Timur
Tengah. Tentu saja, karakteristik yang dimiliki oleh Islam Indonesia ini
memunculkan pelbagai pertanyaan menyangkut kemungkinan persenyawaan Islam
dengan budaya setempat, sehingga menjadikan wajah Islam Indonesia berbeda
dengan wajah Islam lainnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
SEBAB-SEBAB
DITERIMANYA AGAMA ISLAM DI NUSANTARA
Setelah perkembangan pengaruh Hindu-Buddha,
di Indonesia berkembang pengaruh Islam. Perkembangan pengaruh Islam itu dapat
kita rasakan sampai sekarang. Bagaimana pengaruh Islam masuk dan berkembang di
Indonesia.
A.
Proses
Awal Penyebaran Islam di Kepulauan Indonesia
1. Periode kedatangan Islam ke Indonesia
1. Periode kedatangan Islam ke Indonesia
Agama Islam masuk dan
berkembang di Nusantara secara damai. Ada tiga pendapat mengenai periode
masuknya Islam ke Nusantara.
a.
Abad ke-7 yang
diberitakan dinasti Tang bahwa di Sriwijaya sudah ada perkampungan muslim yang
mengadakan hubungan dagang dengan Cina. Berikut tokoh-tokoh yang mendukung
pendapat tersebut.
1)
T.W. Arnolddalam
bukunya The Preaching of Islam. Ia mendasarkan pendapatnya pada dua hal.
-
Riwayat Cina yang menyebutkan bahwa pada tahun
647 telah ada imigran Arab di Pantai Timur Sumatra.
-
Ramainya kegiatan
pelayaran dan perdagangan. Jauh sebelum Islam disampaikan oleh Nabi Muhammad,
wilayah Nusantara sudah dikenal bangsa luar. Pada abad 1 – 2 Masehi orang-orang
Yunani telah mengenal Nusantara dan pada abad ke-3 orang Persia (Sasa) telah mengenal
wilayah Nusantara. Bahkan Ptolomeus dalam petanya (catatannya) pernah
menyebutkan nama Tabih, Argue, Posi Lam Wuli, Rommi, dan Lameri. Termasuk juga
pada pedagang dan pelayar dari wilayah Arab, India, dan juga kawasan Cina.
Mereka telah terbiasa berdagang, berlayar, dan lalu lalang di wilayah
Nusantara. Pertemuan berbagai bangsa telah membawa pengaruh (saling
memengaruhi) agama dan budaya.
2)
D.G.E. Halldalam
bukunya The History of South East Asiamengatakan bahwa pada abad VII para
pedagang Arab Muslim banyak berdagang dengan kerajaan-kerajaan Nusantara.
3)
H. Agus
Salimberpendapat bahwa masuknya Islam ke Nusantara bersamaan dengan masuknya
Islam ke Tiongkok, sementara antara Cina dan Nusantara sudah ramai terjalin
hubungan dagang.
4)
Zainal Arifin
Abbasberpendapat bahwa orang-orang Arab Muslim telah menjalin hubungan dengan
Nusantara pada abad ke-7.
5)
Hamkaberpendapat bahwa
pada akhir abad ini orang-orang Arab telah memegang peranan penting di Selat
Malaka. Pendapatnya bersumber pada adanya catatan Cina tentang
Ta-Cheh/Ta-Chi/Ta-Jih yang menyebutkan pada tahun 674 ada utusan ke Holing di
Cho-Pho (Jawa). Jarak Cho Pho ke Ta-Cheh adalah lima hari berlayar. Di kawasan
Aceh ada wilayah bernama Ta Jihan, mungkin inilah yang dimaksud dengan Ta-Cheh.
6)
A. Hasjmy, berdasarkan
keterangan Dr. Ilyas Ismail (Imam Masjid Besar Filipina), berpendapat bahwa
Islam masuk Aceh pada masa Usman bin Affan (Dr. Ilyas mendasarkan keterangan
pada catatan pedagang Arab dalam naskah tua di Manila).
b. Abad ke-11 dengan adanya makam Fatimah binti
Maimun (Maemon) yang berangka tahun 475 H
atau 1028 M di Leran, Gresik, Jawa Timur.
c.
Abad ke-13 berdasarkan
catatan Marcopolo yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada tahun 1292 dan
cerita dari Ibnu Batutah yang mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai pada
abad ke-14. Di samping itu, batu nisan kubur Malik al Saleh yang meninggal
tahun 1297 juga memperkuat bukti-bukti bahwa pada saat itu telah terdapat
kerajaan Islam di Indonesia. Pendapat ini disampaikan oleh Snouck Hurgronje,
Nj. Kroom, Van den Bergh, dan R. Soekmono.
2. Asal mula Islam datang ke Indonesia
Ada beberapa pendapat mengenai asal
mula Islam masuk ke Nusantara, diantara adalah :
a.
Islam berasal dari
Arab. Hal ini sesuai berita dari dinasti Tang, yang menyebutkan bahwa para
pedagang Arab singgah di Sriwijaya untuk mengisi bahan bakar sebelum
ke Cina. Tokoh-tokoh yang sependapat dengan ini sebagai berikut.
ke Cina. Tokoh-tokoh yang sependapat dengan ini sebagai berikut.
1)
T.W. Arnold
Pendapatnya didasarkan
pada catatan Cina bahwa pada abad VII sekelompok masyarakat Arab telah
membentuk permukiman Arab di pantai pesisir Sumatra, menikah dengan penduduk
lokal, dan melakukan penyebaran Islam.
2)
)Keijzer
Pendapatnya didasarkan pada adanya mazhab Syafii yang merupakan mazhab umum masyarakat di Indonesia.
Pendapatnya didasarkan pada adanya mazhab Syafii yang merupakan mazhab umum masyarakat di Indonesia.
3)
Naquib Al Alatas
Ia menentang teori
Moquete. Menurutnya, nisan Malik al Saleh berasal dari Gujarat hanya karena
faktor kedekatan. Pendapatnya diperkuat oleh :
-
literatur keagamaan
Islam/historiografi lokal sebelum abad XVII tidak mencatat satu orang pun
pengarang atau karya dari India, yang muncul justru nama-nama Arab dan Persia
-
historiografi lokal,
Hikayat Raja-Raja Pasai, bahkan menyebut utusan Makkah, Syaikh Ismail, sebagai
orang yang berhasil membuat Marah Silu/Sultan Malik al Shaleh masuk Islam
-
riwayat Aceh bahwa Islam diperkenalkan oleh
Syaikh Abdullah Arif (orang Arab).
4)
Hamka
Ia berpendapat bahwa
gelar Sultan Pasai Malik al Shaleh dekat dengan Nama Malikush Shaleh Ayub,
pendiri dinasti Mameluk Mesir. Raja-raja Mameluk memakai gelar Al Malik.
Pendapatnya diperkuat dengan adanya mazhab Syafii yang merupakan mazhab
mayoritas muslim Nusantara. Mazhab ini adalah mazhab
umum masyarakat Mesir dan Syarif Mekkah. Ia juga mengemukakan bahwa Malabar berasal dari kata Ma'bar atau mutabar yang berarti tempat/pantai yang disediakan bagi para penyeberang, bukan nama suatu tempat khusus/wilayah
umum masyarakat Mesir dan Syarif Mekkah. Ia juga mengemukakan bahwa Malabar berasal dari kata Ma'bar atau mutabar yang berarti tempat/pantai yang disediakan bagi para penyeberang, bukan nama suatu tempat khusus/wilayah
b.
Islam berasal dari
Persia.
Hal ini karena di Indonesia ada aliran tasawuf
seperti di Persia (Iran). Tokoh-tokoh yang mengemukakan hal ini sebagai berikut
:
1)
P.A. Hoesein
Djayadiningrat, pendapatnya didasarkan pada adanya pengaruh
ejaan Parsi dan huruf sinyang tidak bergigi.
ejaan Parsi dan huruf sinyang tidak bergigi.
2)
Mucas, ia berpendapat
bahwa kata Pasaiberasal dari kata Parsi. Ia juga berpendapat bahwa pada abad
ke-3 sampai 5 M, orang-orang Parsi telah ramai singgah di Nusantara.
3)
Moens, yang menuliskan
bahwa ketika Ibnu Batutah sampai di Aceh (1345), ia ditemui dua ulama Parsi:
Sajjudin Asj Syirazidan Sayyid Syarif al Asbahan.
c.
Islam berasal dari
India
Islam berasal dari India dengan alasan unsur Islam
di Indonesia menunjukkan kesamaan yang ada di India dan bentuk nisan Malik al Saleh
menyerupai bentuk batu nisan di India. Wilayah India yang dimaksud adalah
Gujarat, Malabar, dan Decan yang mayo-ritas muslimnya menganut mazhab Hanafi.
Tokoh-tokoh yang mendukung pendapat ini sebagai berikut :
1)
J.P. Moquete, didukung
Van den Bergh dan Kraemer, berpendapat bahwa asal usul Islam di Indonesia
berasal dari Gujarat dengan bukti bentuk nisan Pasai berlanggam Gujarat.
2)
Windstet mendukung
pendpaat Moquete dengan mengatakan bahwa bentuk nisan Pasai, Gresik, dan Malaya
berlanggam Gujarat.
3)
Pijnapel berpendapat
bahwa orang-orang bermazhab Syafii menetap dahulu di Gujarat baru kemudian
membawa Islam ke Nusantara.
4)
Snouck Hurgronje mengembangkan
teori Moquete dengan menyatakan bahwa
mula-mula Islam menyebar di Nusantara dari Decan. Hal ini lebih mudah diterima karena masyarakat Nusantara telah mengalami hindunisasi. Mubaligh muncul sebagai priest dan priest princess.
mula-mula Islam menyebar di Nusantara dari Decan. Hal ini lebih mudah diterima karena masyarakat Nusantara telah mengalami hindunisasi. Mubaligh muncul sebagai priest dan priest princess.
d.
Islam berasal dari Cina.
Pendapat ini dikemukakan oleh Emanuel Godinho de Eradie
(Spanyol, 1613). Menurutnya akidah Muhammad diterima di Patani dan Pam (1411)
di pantai timur kemudian disebarkan oleh Permaicuri (Parameswara).
3. Cara-cara penyebaran Islam di Indonesia
a. Melalui perdagangan
Pedagang-pedagang
muslim yang berasal dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam jalan
lalu lintas perdagangan yang menghubungkan Asia Barat, Asia Timur, dan Asia
Tenggara, pada abad ke-7 sampai abad ke-16. Para pedagang
muslim yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
muslim yang akhirnya juga singgah di Indonesia ini, ternyata tidak hanya semata-mata melakukan kegiatan dagang.
Melalui
hubungan perdagangan tersebut, agama dan kebudayaan Islam masuk ke wilayah
Indonesia. Pada abad kesembilan, orang-orang Islam mulai bergerak mendirikan
perkampungan Islam di Kedah (Malaka), Aceh, dan Palembang. Pada akhir abad
ke-12, kekuasaan politik dan ekonomi Kerajaan Sriwijaya mulai merosot karena
didesak oleh kekuasaan Kertanegara dari Singasari. Seiring dengan kemunduran
Sriwijaya, para pedagang Islam beserta
para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
para mubalignya semakin giat melakukan peran politik dalam mendukung daerah pantai yang ingin melepaskan diri dari kekuasaan Sriwijaya.
Menjelang
ber-akhirnya kerajaan Hindu-Buddha abad ke-13 berdiri kerajaan kecil yang
bercorak Islam, yaitu Samudra Pasai yang terletak di pesisir timur laut wilayah
Aceh. Kemudian pada awal abad ke-15 telah berdiri Kerajaan Malaka. Sejak saat
itu, Aceh dan Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang
ramai dan banyak dikunjungi oleh para pedagang Islam dan penduduk dari berbagai
daerah terjadi interaksi yang akhirnya banyak yang masuk Islam.
. b. Melalui
perkawinan
Para pedagang muslim yang datang di
Indonesia, ada sebagian di antara mereka yang kemudian menetap di kota-kota
pelabuhan dan membentuk perkampungan yang disebut Pekojan. Perkawinan antara
putri bangsawan dan pedagang muslim akhirnya
berlangsung. Perkawinan ini dilakukan secara Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat syahadat. Upacara perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan atau upacara-upacara yang panjang, lebar, dan mendalam.
berlangsung. Perkawinan ini dilakukan secara Islam, yaitu dengan mengucapkan (menirukan) dua kalimat syahadat. Upacara perkawinan berjalan dengan mudah karena tanpa pentasbihan atau upacara-upacara yang panjang, lebar, dan mendalam.
Dalam Babad Tanah
Jawi, misalnya, diceritakan perkawinan antara Maulana Iskhak dan putri Raja
Blambangan yang kemudian melahirkan Sunan Giri, sedangkan dalam Babad Cirebon
diceritakan perkawinan putri Kawunganten dengan Sunan Gunung Jati.
c.
Melalui tasawuf
Tasawuf adalah ajaran ketuhanan yang
telah bercampur dengan mistik dan hal-hal yang bersifat magis. Ahli-ahli
tasawuf yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan alam pikiran seperti
pada mistik Indonesia – Hindu, antara lain Hamzah
Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh Siti Jenar.
Fansuri, Nuruddin ar Raniri, dan Syeikh Siti Jenar.
d.
Melalui pendidikan
Pendidikan dalam Islam dilakukan
dalam pondok-pondok pesantren yang diselenggarakan oleh guru-guru agama,
kyai-kyai, atau ulama-ulama. Pesantren ini merupakan lembaga yang penting dalam
penyebaran agama Islam karena merupakan tempat pembinaan calon guru-guru agama,
kyai-kyai, atau ulama-ulama. Setelah menamatkan pelajarannya di pesantren,
murid-murid (para santri) akan kembali ke kampung halamannya.
e.
Melalui seni budaya
Dalam menyebarkan agama Islam,
sebagian wali menggunakan media seni budaya yang sudah ada dan disenangi
masyarakat. Pada perayaan hari keagamaan seperti Maulid Nabi, misalnya, seni
tari dan peralatan musik tradisional (gamelan) dipakai
untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya.
Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya, dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
untuk meramaikan suasana. Sunan Kalijaga yang sangat mahir memainkan wayang memanfaatkan kesenian ini sebagai sarana untuk menyampaikan agama Islam kepada masyarakat, yaitu memasukkan unsur-unsur Islam dalam cerita dan pertunjukannya.
Senjata Puntadewa yang bernama Jimat Kalimasada, misalnya, dihubungkan dengan dua kalimat syahadat yang berisi pengakuan terhadap Allah dan Nabi Muhammad. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal agama Islam dan tertarik ingin menjadikan Islam sebagai agamanya.
f.
Melalui dakwah
Penyebaran Islam di Nusantara, terutama
di Jawa, sangat berkaitan dengan pengaruh para wali yang kita kenal dengan
sebutan wali sanga. Mereka inilah yang berperan paling besar dalam penyebaran
agama Islam melalui metode dakwah.
4. Sebab-sebab Islam mudah berkembang di
Nusantara
Adapun sebab-sebab Islam mudah
berkembang di Nusantara adalah sebagai berikut :
a.
Syarat masuk Islam
sangat mudah.
b.
Upacara Islam sangat
sederhana.
c.
Agama Islam di
Indonesia mudah menyesuaikan dengan tradisi Indonesia.
d.
Penyebaran Islam
dilakukan secara damai.
e.
Runtuhnya kerajaan
Hindu- Buddha mempercepat perkembangan Islam.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
adanya pola
penyebaran yang
sudah dijelaskan diatas, seperti halnya faktor agama,
ekonomi, politik dan masih ada juga faktor lainnya yang
menyebabkan Islam dengan mudah dapat diterima oleh
masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses penyebaran yang kultural ini, Islam
mampu berkembang dengan pesat dan bahkan, bagi masyarakat pesisir, Islam adalah
bagian dari kehidupan mereka yang tak terpisahkan
2.
sebab-sebab Islam
mudah berkembang di Nusantara adalah sebagai berikut : (a) Syarat masuk Islam
sangat mudah, (b) Upacara Islam sangat sederhana, (c) Agama Islam di Indonesia
mudah menyesuaikan dengan tradisi Indonesia, (d) Penyebaran Islam dilakukan
secara damai, (e) Runtuhnya kerajaan Hindu- Buddha mempercepat perkembangan
Islam.
3.
Cara-cara penyebaran
Islam di Indonesia adalah Melalui
perdagangan, Melalui perkawinan, Melalui tasawuf, Melalui pendidikan dan Melalui
dakwah.